Sejarah

Senin, 29 Juni 2009

Kurang Membaca

Genarasi muda yang berwawasan luas, maka biasanya memiliki kegemaran membaca. Tetapi untuk kalangan pelajar dan mahasiswa di Indonesia sangat memprihatinkan. Terbukti ketika tugas-tugas mandiri yang diberikan guru atau dosen, ternyata setelah mengumpulkan hasilnya patut disayangkan.
Ada yang mengumpulkan makalah misalnya sebagai sampel, cukup dengan mendownload lewat internet. Pada hal informasi melelui internet seharusnya bukan dicontoh apa adanya, melainkan hanya sebagai pekangkap data untuk mendukung kajian teoritis pada suatu makalah maupun artikel
Tidak hanya bermodal tampan atau cantik, tetapi intelektualnya juga harus diasah supaya memiliki kemampuan dalam berkompetisi dengan pelajar maupun mahasiswa yang lain.
Bagaimana dengan anda?

Selasa, 23 Juni 2009

Desa Candi : Banyak Cagar Budaya yang Hilang

Penulis dengan mantan siswi SMA Negeri 2 Magelang, pada tanggal 14 Juni 2009 bersilaturahmi di Desa Candi Kecamatan Secang Kabupaten Magelang.
Tujuannya untuk melakukan penelitian tentang benyaknya benda cagar budaya yang hilang atau benda-benda cagar budaya tersebut telah dijual oleh penduduk setempat karena alasan ekonomi.
Di Desa Candi, penulis bertemu dengan seorang pensiunan tentara berinisial Y secara tidak sengaja ketika penulis memasuki pekarangan tempat tinggalnya.
Pertemuan itu ternyata membawa informasi positif mengenai keberadaan yoni yang berada di pekerangan rumahnya. Menurut beliau setiap tamu yang memasuki pekarangan rumahnya harus mengucapkan salam. Apabila tidak mengucapkan salam, maka pada malam harinya, beliau akan kedatangan tamu yang berupa singa yang dianggap penjaga yoni tersebut.
Ketika penulis menanyakan mengenai keberadaan yoni yang berada di pekaraangan rumahnya. Justru jawaban yang penulis terima diluar kewajaran. Yoni, menurut beliau namanya Candi Kotak.
Candi Kotak itu pernah juga dijual kepada wisatawan asal Jakarta. Katanya, pulang kembali.
Penulis terkejut, ternyata pensiunan tentara ini juga salah seorang yang telah beberapa kali menjual benda-benda cagar budaya kepada para wisatawan asing. Salah satu yang beliau ingat berupa kendi peninggalan abad 9 dengan harga 10 juta rupiah.
Hasil penjual benda-benda purbakala itu ternyata mampu untuk membeli tanah, rumah, dan jago lurah hingga habis terkuras harta bendanya.
Ningsih, seorang mahasiswi UNY Jurusan Pendidikan Sejarah hanya tersenyum. Raut wajahnya mengeras pertanda idak sependapat dengan opini bapak itu.
Memang sontoloyo

Label:

Senin, 22 Juni 2009

Mengungkap Situs Plengkung

Kota merupakan jejak sejarah kehidupan, maupun kota merupakan produk sejarah. Salah satu aspek yang dihasilkan dari kota adalah hasil karya fisik bangunan dari masyarakatnya. Bangunan-bangunan bersejarah peninggalan masa kolonialisme di Indonesia, saat ini masih banyak tersebar di seluruh wilayah nusantara, yang merupakan perpaduan antara budaya barat dengan budaya lokal Indonesia. Ciri arsitektur yang nampak pada atap bangunan tinggi dengan halaman luas khas bangunan Eropa, terlihat juga pada pemakaian pilar di serambi depan dan belakang, yang menyesuaikan keadaan Indonesia yang beriklim tropis. Seperti peninggalan benda-benda cagar budaya di kota Magelang yang juga memiliki ciri-ciri bangunan semi Eropa-Indonesia antara lain, bangunan rumah sakit, sekolah, tempat peribadatan, asrama militer, kantor pemerintah baik kota maupun kabupaten yang masih mempertahankan keaslian bangunan buatan pemerintah kolonial Belanda serta beberapa gapura irigasi di kota Magelang (Irna Saptaningrum, 2007: 1).
Berdasarkan perkembangan kota kiranya pemeliharaan maupun pengelolaan terhadap bangunan-bangunan peninggalan pemerintah kolonial Belanda perlu diperhatikan akhirnya pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan guna menjaga keaslian bangunan-bangunan tersebut, di antaranya revitalisasi yang diartikan sebagai merubah suatu tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang lebih sesuai. Kemudian rehabilitasi atau restorasi adalah mengembalikan suatu tempat ke kadaan semula dengan menghilangkan tambahan-tambahan dan memasang komponen semula tanpa menggunakan bahan baru ,dan pembangunan kembali kawasan arkeologis yang biasanya berada di pusat kota (Irna Saptaningrum,2007).
Karena banyaknya bangunan-bangunan peninggalan pemerintah kolonial Belanda yang berada di kota Magelang, pemerintah menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata kota Magelang dengan bangunan-bangunan bersejarah tersebut. Mengingat keberadaan bangunan-bangunan bersejarah itu, kini dapat kita jumpai hasil eksplorasi masyarakat kota Magelang dengan tetap mempertahankan keaslian dan keutuhan bangunan untuk dapat menjadikannya tempat wisata yang menarik bagi para wisatawan lokal maupun nasional.
Beberapa bangunan-bangunan bersejarah yang menjadi tujuan wisata di kota Magelang meliputi Museum Soedirman, Museum Diponegoro, Museum Badan Pemeriksa Keuangan. Selain itu beberapa bangunan bersejarah lain masih pula digunakan sebagai fasilitas umum maupun timpat tinggal, seperti bangunan Rumah Sakit Tentara, Rumah Sakit Umum, SMP 1,SMP 2, tempat peribadatan, dan kantor-kantor pemerintah.
Sehubungan itu, penulis tertarik untuk mengangkat salah satu peninggalan arkeologis kolonial dengan judul “Mengungkap Misteri Situs Plengkung: Tanggul Saluran Air dan yang Membelah Kota Magelang” . Alasan-alasan penulis mengangkat Situs Plengkung sebagai berikut:
1. Situs Plengkung salah satu peninggalan arkeologis yang dibangun pada tahun 1920 di Kota Magelang
2. Keunikan pintu gerbang yang berbentuk melengkung sebagai penyangga saluran air yang membelah kota Magelang dari Kampung Menowo sampai dengan pertigaan jalan di Kampung Bayeman.
3. Terdapatnya tanggul yang panjangnya 1 km dari kampung Menowo sampai dengan Kantor Pengadilan Kota Magelang sehingga menimbulkan pertanyaan untuk diungkap karena hingga saat ini masih misteri.
4. Sedikitnya sumber-sumber arkeologis dan sejarah situs plengkung, menyebabkan ketertarikan penulis untuk menyumbangkan informasi dalam bentuk karya tulis ilmiah.
5. Adanya informasi mengenai lomba karya tulis permuseuman dan kepurbakalaan yang diadakan oleh Dispora Provinsi Jawa Tengah.
6. Kuatnya hubungan emosional antara penulis dengan Kota Magelang, tempat kami menimba ilmu di SMA Negeri 2 sehingga perlu menyumbangkan karya yang monumental untuk Kota Magelang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah cara mengungkap Situs Plengkung dalam keterbatasan sumber-sumber arkeologis?
2. Mengapa Situs Plengkung warisan arkeologis kolonial?
3. Bagaimanakah memberdayakan sekitar Situs Plengkung dalam upaya mengembangan pariwisata di Kota Magelang?

C. Tujuan Penelitian
1. Dapat mengetahui cara mengungkap Situs Plengkung dalam keterbatasan sumber-sumber arkeologis di Kota Magelang.
2. Dapat mengetahui Plengkung warisan arkeologis kolonial.
3. Dapat mendeskripsikan upaya memberdayakan sekitar Situs Plengkung dalam upaya mengembangan pariwisata di Kota Magelang.

D. Manfaat Penelitian
a. Dapat mendeskripsikan cara mengungkap Situs Plengkung dalam keterbatasan sumber-sumber arkeologis di Kota Magelang.
b. Dapat mendeskripsikan Situs Plengkung warisan arkeologis kolonial.
c. Dapat mendeskripsikan upaya memberdayakan sekitar Situs Plengkung dalam upaya mengembangan pariwisata di Kota Magelang.

E. Metodologi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian Situs Plengkung ada di tiga tempat yang berbeda meliputi situs Plengkung di Badaan, Jalan Pierre Tendean, dan Jalan Daha di Kota Magelang. Ketiga situs beratap plengkung ini merupakan pintu gerbang dari tanggul tanah yang di atasnya terdapat saluran air yang memanjang dari Kampung Menowo sampai dengan Kampung Bayeman berjarak 3 km.
2. Pengumpulan data
a. Observasi langsung , yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan terhadap bangunan-bangunan bersejarah yang masih dapat dijumpai di kota Magelang. Kemudian mendeskripsikan data baik secara verbal maupun piktorial. Deskripsi verbal meliputi letak secara administratif, keadaan fisik bangunan, fungsi dulu dan kini, sejarah singkat bangunan, serta pihak pengelola saat ini.
b. Studi Pustaka, yaitu dengan mengakses data dari sumber-sumber pustaka yang bertema kesejarahan Kedu, khususnya Magelang pada zaman kolonial untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kota Magelang untuk dibandingkan dengan kondisi saat ini.
c. Wawancara dilakukan untuk menjaring data yang terkait dengan sumber daya arkeologi serta perolehan informasi tentang hambatan pengelolaan selama ini dari beberapa narasumber. Narasumber yang dihubungi di antaranya pihak pengelola atau pihak yang berhubungan langsung dengan Situs Plengkung, serta pihak-pihak yang memiliki kepedulian terhadap bangunan-bangunan bersejarah yang ada di kota Magelang.

3. Penulisan Laporan
Penulisan laporan adalah tahap akhir dari serangkaian kegiatan penelitian. Dalam menyusun laporan ini, penulis melaporkan dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan tidak meninggalkan langkah penulisan kisah yang disusun secara logis, kronologis, dan sistematis (Arini Nunjayanah, 2008: 11).

F. Definisi Operasional
Judul Karya Ilmiah ini adalah “Mengungkap Mister Situs Plengkung: Tanggul Saluran Air Yang Membelah Kota Magelang”. Untuk menyamakan persepsi antara penulis dan pembaca, maka diperlukan definisi operasional sebagai berikut:
1. Mengungkap adalah menunjukkan, membuktikan, menyingkapkan; 2 mengemukakan; memaparkan, menyatakan; 3 menerangkan dengan jelas, menguraikan (Tim KBBI, 2002: 1246)
2. Misteri adalah sesuatu yang masih belum jelas atau masih menjadi teka-teki; masih belum terbuka rahasianya (Tim KBBI, 2002: 749).
3. Situs adalah daerah temuan benda-benda purbakala (Tim KBBI, 2002: 1078)
4. Plengkung adalah pintu gerbang untuk memasuki daerah benteng keraton atau kadang-kadang ditambah bangunan melengkung yang menghubungkan dua sisi pintu (Tim KBBI, 2002: 882)
5. Tanggul adalah gundukan tanah yang berfungsi menahan air (Arini Munjazanah, 2008: 55).
6. Saluran air adalah talang, atau pipa untuk megalirkan air (Tim KBBI, 2002: 985).
7. Membelah adalah menetak menjadi dua bagian atau memecah menjadi dua atau banyak (Tim KBBI, 2002 :123).
8. Magelang adalah nama kota di Jawa Tengah.
Dengan demikian yang dimaksud dari judul penelitian di atas adalah mengungkapkan keberadaan Situs Plengkung sebagai pintu gerbang dan penyangga saluran air yang di bawahnya terdapat tanggul yang memajang sehingga mampu membelah Kota Magelang menjadi dua bagian.

G. Sistematika Penulisan
Bab i pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelhttp://www.blogger.com/img/blank.gifitian, metodologi penelitian, definisi operasional, dan sistematika laporan.
Bab ii landasan teori yang terdiri atas situs plengkung, saluran air, dan tanggul.
Bab iii gambaran umum kota Magelang yang terdiri atas topografi Magelang, bangunan-bangunan Indie, situs plengkung.
Bab iv mengungkap situs plengkung: tanggul saluran air yang membelah kota magelang yang terdiri atas mengungkap situs 3 plengkung, saluran air di atas tanggul, warisan arkeologis dan pengelolaan, dan potensi pariwasata.

Minggu, 21 Juni 2009